Islam dimasa khalifah Umar bin Abdul Aziz
- January 08, 2018
- By luth
- 0 Comments
Islam di masa khalifah Umar bin Abdul Aziz
15523100@students.uii.ac.id
Abstract
In this paper, an explanation of the biography of
Umar bin Abdul Aziz, discusses the appointment of Umar bin Abdul Aziz become
caliph and how the reign of Umar and exemplary that can be example from Umar
bin Abdul Aziz.
Keywords : Appoinment, term of reign, exemplary,
caliph
Abstrak
Di dalam paper ini, dijelaskan tentang biografi Umar
bin abdul Aziz, membahas tentang pengangkatan Umar bin abdul Aziz menjadi
khalifah dan bagaimana masa pemerintahan umar serta keteladanan yang dapat di
contoh dari perilaku Umar bin abdul Aziz.
Kata kunci : pengangkatan,
masa pemerintahan, keteladanan, khalifah
1. Pendahuluan
Paper
ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana islam dimasa khalifah Umar bin Abdul
Aziz yang dapat kita jadikan contoh untuk menjadi pemimpin di masa sekarang,
mengenal akan cara kepemimpinan beliau dan perubahan yang dilakukan selama
beliau memimpin. Terlahir dan hidup dalam lingkungan keluarga yang sangat
berada tidak membuat beliau menjadi pemalas, namun sebaliknya beliau adalah
orang yang bersemangat terhadap ilmu pengetahuan. Semangat dalam ilmu
pengetahuan tidak membuat beliau lupa akan keislaman, beliau sudah hafal
al-quran semenjak kecil. Di dalam buku Umar bin Abdul Aziz disebutkan bahwa: Seorang
pemimpin yang memiliki kedekatan dengan al-quran setidaknya akan memiliki dua
karakter sebagai berikut : pertama, ia
akan mudah diingatkan ke jalan yang benar saat menyimpang. Ibarat magnet yang
memiliki daya Tarik terhadap benda-benda di sekelilingnya, maka al-quran pun
juga begitu, memberikan efek kepada orang-orang yang ada di sekitrnya. Semakin
dekat dan akrab seseorang dengan al-quran maka daya tarik al-quran terhadap
orang tersebut juga akan semakin kuat. Demikian halnya sebalinya, itu berarti
bahwa orang yang akrab dengan al-quran akan mudah kembali pada al-quran ketika
ia mulai menyimpang dari kebenaran. Hal inilah yang ditegaskan Allah SWT dalam
firman-Nya : “maka berilah peringatan
dengan al-quran orang yang takut dengan ancaman-Ku.” (QS.Qaaf:45). Kedua, ia akan memiliki orientasi yang
terarah. Maksudnya adalah, dengan menjadikan al-quran sebagai pijakan di setiap
langkah kepemimpinan, maka al-quran akan memberikan bimbingan dan arahan jiwa.
Sehingga ia tetap bisa melihat di saat gelap, ia tetap berdiri kokoh di saat
yang lain tumbang, ia akan terus melangkah di saat yang lain berhenti. Hal itu
karena kejelasan dan keterarahan orientasi yang hendak dituju. Allah Swt
berfirman : “(Mereka) yang mendengarkan
perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah
orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Az-Zumar:18). Maksudnya adalah
mereka yang mendengarkan ajaran-ajaran al-quran dan ajaran-ajaran yang lain,
tetapi yang diikutinya adalah ajaran-ajaran al-quran karena ia adalah yang
paling baik (Faizi 2012). Bisa kita banyangkan seandainya pemimpin di negara
kita ini adalah penghafal al-quran, maka pemimpin kita tidak akan berani
melakukan perbuatan yang merugikan rakyat apalagi melakukan korupsi. Bisa jadi
negara kita akan menjadi lebih baik dari sekarang, karena setiap masalah yang
ada di negara kita akan diselesaikan berdasarkan al-quran, karena alqur-an
adalah ajaran yang paling baik.
2. Biografi
Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah khalifah ke-8
setelah Sulaiman bin Abdul Malik. Beliau dilahirkan di Hilwan tidak jauh dari
kairo, pada tahun 63 H/683 M, ketika itu ayahnya adalah seorang gubernur di Mesir.
Tetapi menurut Ibnu Abdil Hakan meriwayatkan bahwa Umar dilahirkan di Madinah.
Umar adalah putra dari Abdul Al-Aziz bin Marwan bin Hakam dan ibunya adalah
Ummu ‘Ashim binti ‘Ashim bin Umar Ibnu-Khatab (Cahyono 2015).
Ayahnya abdul Aziz bin Marwan adalah salah seorang
gubernur klan Umayyah. Ia seorang pemberani lagi suka berderma. Ia menikah
dengan seorang wanita salehah dari kalangan Quraisy lainnya, wanita itu
merupakan keturunan Umar bin Khatab, dialah ibu Umar bin Abdul Aziz. Abdul Aziz
merupakan laki-laki yang saleh yang baik pemahamannya terhadap agama. Ia
merupakan murid dari sahabat senior Abu Hurirah (Anonim 2011). Abdul Aziz bin
Marwan mempunyai sepuluh orang anak. Mereka adalah Umar, Abu Bakar, Muhammad,
dan Ashim. Ibu mereka adalah Laila binti Ashim bin Umar bin Khattab. Abdul Aziz
mempunyai enam anak dari selain Laila, yaitu Al-ashbagh, Sahal, Suhail, Ummu Al-hakam,
Zabban dan Ummul Banin. Ashim inilah yang kemudian menjadi kunyah ibunya (Laila Ummu Ashim) (Fathurrohman 2014).
Umar bin Abdul Aziz mempunyai empat belas anak
laki-laki, diantara mereka adalah Abdul Malik, Abdul Aziz, Abdullah, Ibrahim,
Ishaq, Ya’qub, Bakar, Al-Walid, Musa, Ashim, Yazid, Zaban, Abdullah, serta tiga
anak perempuan, Aminah, Ummu Ammar dan Ummu Abdillah. Pada saat Umar bin Abdul
Aziz wafat, ia tidak meninggalkan harta untuk anak-anaknya kecuali sedikit.
Setiap anak laki-laki hanya mendapatkan jatah 19 dirham saja, sementara satu
anak dari Hisyam bin Abdul Malik mendapatkan warisan dari bapaknya sebesar satu
juta dirham. Namun beberapa tahun setelah itu salah seorang anak Umar bin Abdul
Aziz mampu menyiapkan serratus ekor kuda lengkap dengan perlengkapannya dalam
rangka jihad di jalan Allah, pada saat yang sama salah seorang anak Hisyam
menerima sedekah dari masyarakat (Fathurrohman 2014).
Istri pertamanya adalah wanita yang salehah dari
kalangan kerajaan bani Umayyah, ia merupakan putri dari khalifah Abdul Malik
bin Marwan yaitu Fatimah binti Abdul Malik. Ia memiliki nasab yang mulia, putri
khalifah, kakenya juga khalifah, saudara perempuan dari para khalifah, dan
istri dari khalifah yang mulia Umar bin Abdul Aziz, namun hidupnya sederhana.
Istrinya yang lain adalah Lamis binti Ali, Ummu Ustman bin Syu’aibi, dan Ummu
Walad (Fathurrohman 2014).
Umar bin Abdul Aziz berkulit cokelat, berwajah lembut
dan tampan, berperwakan ramping, berjanggut rapi, bermata cekung, dan di
keningnya terdapat bekas luka akibat sepakan kaki kuda. Ada pula yang
mengatakan, ia berkulit putih, berwajah lembut dan tampan, berperawakan ramping
dan berjenggot rapi (Anonim 2011).
Umar hidup dalam keluarga yang terhormat dan kaya,
segala fasilitas kemewahan hidup melimpah. Selain itu Umar juga sangat terdidik
keagamaannya karena bapaknya adalah seorang yang berjiwa toleran dan dermawan
yang sangat terkenal wara’ serta taqwanya dan senang duduk bersama para sahabat
dan para perawi hadith. Ibunya pun terkenal wanita yang berakhlak mulia, wara’
dan taqwa. Masa kecil Umar banyak belajar bersama paman-pamannya di Madinah dan
Umar kecil telah hafal al-qur’an, disanalah ia banyak belajar ilmu sehingga
menjadi faqih dalam agama dan menjadi perawi hadith. Selain itu beliau juga
tekun belajar kesusasteraan dan syair. Pendidikan yang diperoleh dalam masa
tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap sifat-sifatnya yang istimewa dan
terpuji. Selain itu Khalifah Umar bin abdul Aziz juga berada dibawah pengaruh
para teolog dan selama berabad-abad dikenal dengan kesalehannya dan
kezuhudannya, berbeda jauh dengan corak pemerintahan Umayah yang dikenal
sekuler. Oleh karena itu, ia dikenal sebagai sufihnya dinasti Umayah (Cahyono
2015).
Abdul Aziz, ayahanda Umar memilih Shalih bin Kaisan
sebagai pendidik anaknya, Shalih pun mendidiknya denga baik. Shalih
mengharuskan Umar shalat lima waktu berjamaah di masjid. Suatu hari Umar
tertinggal dari salah berjamaah, maka Shalih bin Kaisan pun bertanya, “Apa yang
menyibukkanmu?” Umar menjawab, “Pelayanku menyisir rambutku.” Shalih berkata,
“Sedemikian besar perhatianmu terhadap menyisir rambut, sampai-sampai kamu
tertinggal salat.” Lalu Shalih menyampaikan hal itu kepada ayah Umar bin Abdul
Aziz, maka ayahnya mengutus seseorang dan langsung mencukur rambutnya tanpa
bertanya apa-apa lagi. Diantara guru-guru yang berpengaruh bagi dirinya adalah
Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bin Mas’ud, Umar sangat menghormatinya, menimba
ilmu darinya, beradap dengan meniru perilakunya, dan sering mengunjunginya,
sampai ketika Umar menjadi gubernur Madinah, ia pun sering melakukan hal itu.
Ketika Umar menjabat sebagai khalifah, ia mengatakan, “Seandainya Ubaidillah
masih hidup, niscaya aku tidak menetaokan sebuah keputusan kecuali berpijak
dengan pendapatnya. Aku berharap memperoleh ini dan ini dengan satu hari
bersama Ubaidillah.” Gurunya yang lain adalah Sa’id bin Al-Musayyib, ia
dijuluki sebagai bintangnya para tabi’in. Jika generasi sahabat memiliki Abu
Bakar sebagai tokoh utama, maka generasi tabi’in diwakilkan oleh Sa’id bin
Al-Musayyib, demikianlah pujian ulama terhdapnya. Ia merupakan seorang ulama
yang karismatik, berwibawa, dan disegani oleh para pemimpin. Bilamana khalifah datang
ke suatu masjid yang memerlukan untuk mengosongkan masjid tersebut, sementara
di sana sedang duduk Sa’id, maka khalifah tidak akan berani menyentuhnya
karenya kewibawaannya. Ia tidak pernah mendatangi seorang gubernur pun selain
Umar. Menunjukkan kesalihan dan kebaikan Umar pun diakui di mata seorang Sa’id
bin Al-Musayyib. Salim bin Umar bin Khattab juga merupakan salah seorang
gurunya. Sa’id bin Al-Musayyib pernah memujinya, “Putra Umar (bin Khattab) yang
palinhg mirip dengannya adalah Abdullah, dan anak Abdullah yang paling mirip
dengannya adalah Salim. “Umar sangat
menyayangi Salim, saking sayangnya, orang-orang pun menganggapnya berlebihan.
Namun Umar membela karena Salim memang layak mendapatkan hal seperti itu. Suatu
hari, Salim bin Abdullah datang kepada khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, saat
itu Salim memakai baju yang kasar dan using. Sulaiman menyambutnya dengan
hangat dan mempersilahkannya duduk di singgasananya. Umar bin Abdul Aziz iktu
hadir di majlis terdebut, maka seorang laki-laki di barisan belakang berkata
kepada Umar, “Apakah pamanmu itu tidak
bisa memakai baju yang lebih bagus dan lebih baik dari bajunya itu untuk
menghadap amirul mukminin?” orang
yang berbicara ini memakai baju yang bagus dan mahal. Umar menjawab, “aku tidak
melihat baju yang dipakai pamanku itu mendudukkannya di tempatmu ini, dan aku
juga tidak melihat bajumu ini bisa mendudukanmu di tempat pamanku itu.” Umar
bin Abdul Aziz terdidik dan belajar di tangan para ulama dan fuqaha’ dalam jumlah besar, jumlah
gurunya mencapai tiga puluh tiga orang, delapan dari mereka adalah sahabat dan
dua puluh lima diantaranya adalah tabi’in. Umar bin Abdul Aziz menimba ilmu dan
hikmah dari mereka, sehingga tampaklah ilmu dan akhlak yang mulia pada dirinya.
Ia memiliki jiwa yang tangguh dalam menghadapi rintangan, keteguhan
pemikirannya yang mendalam dan selalu merenungkan al-quran, berkemauan kuat,
dll (Anonim 2011).
Setelah ayahnya wafat pada 85 H/ 704 M Umar dibawa ke
Damsik oleh pamannya yaitu khalifah Abdul Al-Malik bin Marwan bin Hakam dan
dikawinkan dengan putrinya Fatimah, maka lengkaplah kebahagiaaan secara dhohir.
Atas sifat kearifan dan kelayakan yang dimilki maka pada masa khalifah Al-Walid
tahun 87 H/ 705 M beliau diangkat menjadi gubernur Hijaz yang berpusat di
Madinah (Cahyono 2015).
Kehidupan Umar adalah kehidupan yang penuh bergelimang
harta dan tenggelam dalam kemewahan yang biasa dilakukan oleh bani Umayyah. Ia
dididik dan dibesarkan dalam istana yang penuh kenikmatan dan kemakmuran hidup.
Harta kekayaan berlimpah-limpah, sehingga ia memiliki tenah-tanah perkebunan di
Hijaz, Syam, Mesir, Yaman dan Bahrain. Dari sana ia mendapat penghasilan yang
besar sebanyak 40.000 dinar setiap tahun (Cahyono 2015).
Khalifah Umar bin Abdul Aziz telah mengenal
wangi-wangian, pakaian sutera sebagaimana ia mengenal nyanyi-nyanyian, hal ini
tentunya tidak mengherankan Umar sebagai pejabat dan keluarga khalifah
sangatlah wajar jika iapun menikmati segala fasilitasnya. Parfum yang dipakai
sangat mahal seharga 1000 dirham, bahkan mereka tahu bila Umar pernah melewati
suatu jalan hanya karena wangi parfumnya. Ibnu Abdil Hakam meriwyatkan, bahwa Umar
masih menganggap kasar pakaian seharga 800 dirham. Umar juga memanjangkan
rambutnya, kain diturunkannya dan jika dia jalan diperindah jalannya, sehingga
cara Umar berjalan itu disebut orang “Umariyah”, yaitu “Lenggang Umar” dan para dayang-dayang
suka menirunya karena indah dan gemulainya cara jalan Umar. Disamping itu Umar
melengkapi istananya dengan perabot-perabot yang paling mewah dan mahal harganya.
Tak heran jika pada masanya Umar adalah sebagai tolok ukur kehidupan kaum
“jetset” kehidupan yang sangat sempurna dalam pandangan manusia (Cahyono 2015).
Umar bin Abdul Aziz adalah sosok pemimpin negara teladan
yang sangat tepat menjadi barometer kesalehan, ketakwaan, keadilan dan
kesederhanaan. Sejarahnya sangat penting bagi siapa saja yang menjadi pemimpin
zaman ini. Reformasi besar-besaran dalam system kepemimpinan yang ia lakukan
telah membawa kesejahteraan menyeluruh bagi umat. Larangan memberi hadiah
kepada pejabat, perlawanan terhadap para pejabat yang zalim, penghapusan
kezaliman atas kaum lemah, dan penegakan hukum atas kaum lemah, dan penegakan
keadilan bagi penduduk Samarkand adalah beberapa contoh dari reformasi selama
kepemimpinannya. Umar bin Abdul Aziz selalu adil dalam menetapkan hukum,
menghidupkan prinsip amar makruf nahi mungkar, menegakkan keadilan, dan
mewakilkan urusan hanya kepada orang-orang terpercaya. Tidak ada nepotisme
dalam pemerintahnnya. Hanya orang saleh yang dipercaya memegang amanah dalam
pemerintahan. Kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz merupakan bukti sejarah yang
mematahkan pendapat siapapun yang mengatakan bahwa negara yang dibangun
berdasar syariat islam sangat rentan diguncang berbagai masalah dan krisis.
Sebagai pribadi, Umar bin Abdul Aziz adalah sosok yang menakjubkan takutnya
kepada allah dan tekun beribadah kepada allah. Perjalanan hidupnya membebankan
kepada kita sebuah pemahaman yang benar tentang arti pembaharuan seuai dengan
pemahaman al-quran seperti yang telah dipahami oleh para ulama yang saleh dan
sudah mereka terapkan dengan sebenarnya (Ash-Shallibi 2014).
3. Pengangkatan Umar bin Abdul Aziz sebagai Khalifah
Di
antara kebaikan-kebaikan Sulaiman bin Abdul Malik adalah bahwa dia berkenan
menerima nasihat dari seorang ulama ahli fikih, Raja’ bin Haiwah Al-Kindi, yang
mengusulkan ketika Sulaiman dalam keadaan sakit dan akhirnya wafat, agar
mengangkat Umar bin Abdul Aziz sebagai penerusnya. Akhirnya Sulaiman menetapkan
surat wasiat yang tidak memberi celah bagi setan sedikit pun (Ashr Ad-Daulatain
Al-Umawiyah wa Al-Abbasiyah, Hal: 37). Ibnu Sirin mengatakan, “Semoga Allah
merahmati Sulaiman, dia mengawali kekhalifahannya dengan menghidupkan shalat
dan mengakhirinya dengan menunjuk Umar bin Abdul Aziz sebagai penerusnya”
(Fathurrohman 2014).
Atas
wasiat yang dikeluarkan oleh khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, Umar bin Abdul
Aziz diangkat menjadi khalifah pada usianya 37 tahun. Beliau dilantik menjadi
khalifah selepas kematian Sulaiman bin Abdul Malik. Dalam sejarah peradabam
Islam disebutkan, bahwa ketika Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah
dinasti bani Umayyah, hari jum’at tanggal 10 Shafar tahun 99 hijriyah,
menggantikan khalifah sebelumnya, Sulaiman bin Abdul Malik, beliau
memerintahkan supaya memanggil orang ramai untuk mendirikan sembahyang. Selepas
itu orang ramai mulai berbondong-bondong pergi ke masjid. Apabila mereka semua
telah berkumpul, beliau bangun menyampaikan ucapan. Lantas beliau mengucapkan
puji-pujian kepada allah dan bershalawat kepada nabi SAW kemudian beliau
berkata: “Wahai sekalian umat manusia!
Aku telah diuji untuk memegang tugas ini tanpa meminta pandangan daripada aku
terlebih dahulu dan bukan juga permintaan daripada aku serta tidak dibincangkan
bersama dengan umat islam. Sekarang aku membatalkan baiah yang kamu berikan
kepada aku dan pilihlah seorang khalifah yang kamu reda”. Tiba-tiba orang
ramai serentak berkata: “kami telah
memilih kamu wahai amirul mukminin dan juga reda kepada kamu. Oleh yang
demikian perintahlah kami dengan kebaikan dan keberkatan”. Lalu beliau
berpesan kepada orang ramai supaya bertakwa, zuhud kepada kekayaan dunia dan
mendorong mereka suapaya cintakan akhirat kemudian beliau berkata pula kepada
mereka: “Wahai sekalian umat manusia!
Sesiapa yang taat kepada Allah, dia wajib ditaati dan sesiapa yang tidak taat
kepada Allah, dia tidak wajib ditaati oleh siapapun. Wahai sekalian umat
manusia! Taatlah kamu kepada aku selagi aku taat kepada Allah di dalam memimpin
kamu dan sekiranya aku tidak taat kepada Allah, janganlah sesiapa mentaati
aku”. Setelah itu beliau turun dari mimbar. Dikisahkan setelah itu sang
khalifah pulang dan menangis terisak-isak. Ia memasukkan kepalanya kedalam dua
lututnya dan menangis sesenggukan. Di dalanm tangisnya, Umar mengucapkan
kalimat: “Inna Lillahi wa Innaailaihi
Raji’uun”, sambal berujar, “Demi
Allah, sungguh aku tidak meminta urusan ini sedikitpun, baik dengan
sembunyi-sembunyi maupun dengan terang-terangan (Hardian 2015).
Berbeda
dengan pemimpin-pemimpin di masa sekarang, dimana mereka berlomba-lomba dan
melakukan cara apapun demi mendapatkan sebuah jabatan, bahkan tidak jarang
diantara mereka melakukan cara yang curang. Kebanyakan pemimpin sekarang hanya
memikirkan bagaimana mereka bisa mendapatkan jabatan, tanpa memikirkan
bagaimana amanah yang akan mereka jalani setelah menjadi pemimpin. Berbanding
terbalik dengan khalifah Umar, pemimpin yang terpilih akan merasa senang karena
mendapatkan jabatan, tidak jarang dari mereka yang merayakan kemenangan dengan
menghambur-hamburkan uang.
4. Masa pemerintahan khalifah Umar bin Abdul Aziz
Khalifah Umar bin Abdul Aziz berkuasa sebagai gubernur
Madinah selama 7 tahun. Pada akhirnya ia dipecat oleh Al-Walid hal ini
disebabkan Umar terlalu lembut menghadapi musuh-musuh bani Umayyah. Dalam
sumber buku lain disebutkan Umar tidak setuju atas sikap Al-Walid untuk memecat
Sulaiman bin Abdul Malik dari kedudukannya sebagai putra mahkota dan digantikan
untuk mengangkat putranya. Pada masa akhir kekuasaan Sulaiman, Umar ditunjuk
untuk menggantikan kehalifahan setelah Sulaiman. Khalifah Umar bin Abdul Aziz
menyadari dengan baik bahwa ia adalah bagian dari masa lalu. Ia tidak mungkin
sanggup melakukan perbaikan dalam kehidupan negara yang luas kecuali kalau ia
berani memulainya dari dirinya sendiri, kemudian melanjutkannya pada keluarga
intinya dan selanjutnya pada keluarga istana yang lebih besar. Maka langkah
pertama yang harus ia lakukan adalah membersihkan dirinya sendiri, keluaga dan
istana kerajaan. Dengan tekad itulah ia memulai sebuah reformasi besar yang
abadi dalam sejarah (Hardian 2015).
Umar bin Abdul Aziz meninggalkan segala kemewahan dan
kemanjaannya di masa lalu, menjadikan gaya hidupnya serta keluarganya sangat
sederhana menyamai rata-rata kehidupan masyarakatnya. Umar juga menyerahkan semua
tanah dan harta yang dimiliki ke baitul mal, karena diyakini harta yang
diwarisi tersebut bukan haknya tetapi hak rakyat. Begitu juga sikap ini
diberlakukan pada istrinya agar memilih untuk mengikuti jalan Umar atau
meninggalkannya untuk kembali pada keluarganya, karena Umar menyadari bahwa
istrinya adalah orang yang tidak pernah merasakan sengsara kekurangan harta,
akan tetapi Fatimah binti Malik memilih untuk tetap mendampingi suaminya sampai
akhir hayat. Sehingga harta yang ia miliki diserahkan ke baitul mal dan tinggal
menyisakan sekedarnya. Khalifah Umar juga menghindari makan-makanan yang lezat
dan tidak mau dilayani, beliau melayani dirinya sendiri. Pakaian yang ia pakai
adalah pakaian yang sangat sederhana. Rambut yang tadinya dipanjangkan dipotong
dan khalifah Umar bin Abdul Aziz membasuh dirinya dari bekas-bekas minyak
wangi. Dijualnya semua pakaian dan wangi-wangian yang ada padanya dan uangnya
diserahkan ke baitul mal. Pola hidupnya berubah secara total, dari seorang
pencinta dunia menjadi seorang zahid yang hanya mencari kehidupan akhirat yang
abadi. Umar tidak mau hidup di istana, dia hanya menempati sebuah Rumah yang
sederhana dekat sebuah masjid (Cahyono 2015).
Khalifah Umar seorang pemimpin yang telah menunjukkan
tekadnya, dan memberikan keteladanan yang begitu menakjubkan. Pembaharuan dalam
masa pemerintahannya penekanan bidang politk Umar adalah lebih kepada
pembenahan dalam negeri. Kegiatan peperangan dan penaklukan dihentikan. Semua
pasukan yang mengepung konstantinopel ditarik begitu juga yang ada di kawasan
jajahan Byzantine. Tujuannya adalah untuk mewujudkan keamanan serta memberi
peluang kepada para tentara untuk istirahat dan pulang bersama-sama keluarga
mereka. Umar lebih memilih damai dalam penyelesaian masalah. Dialog adalah salah
satu cara Umar untuk menghadapi musuh dalam negeri, hal ini dlakukan pada saat
dia berdialog dengan kaum Khawarij. Umar meyakinkan kaum Khawarij dengan
dalil-dalil dan keterangan-keterangan yang dapat memuaskan hati mereka.
Maksudnya adalah mereka dapat menerima argumentasi yang disampaikan Umar,
sehingga pada masa ini tidak terjadi konflik yang menonjol dalam negeri
(Cahyono 2015).
Umar bin Abdul Aziz memiliki konsep yang jelas untuk
mengatasi persoalan yang dihadapi oleh rakyatnya, khususnya dalam hal
pemberantasan kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Umar menerapkan konsep
zakat secara tepat dan cermat. Rakyatnya yang kaya dan juga para pegawai
pemerintahan, bergegas membayar zakat dan shadaqah kepada fakir miskin.
Hasilnya, hanya dalam rentang waktu dua setengah tahun atau tiga puluh bulan
masa kepemimpinannya, seseorang yang kaya, merasa kesulitan mendapatkan orang
yang berhak (mustahiq) menerima zakat, sebab fakir miskin yang selama ini
berhak menerima zakat, kini telah berubah menjadi orang yang berkewajiban
membayar zakat (muzakki). Semua
rakyatnya, hidup dalam kesejahteraan yang memadai. Selain itu, beliau amat
menitikberatkan tentang kebijakan rakyat miskin dimana beliau juga telah
menaikkan gaji buruh sehingga ada yang menyamai gaji pegawai kerajaan. Beliau
juga amat menitikberatkan penghayatan agama dikalangan rakyatnya yang telah
lalai dengan kemewahan dunia. Khalifah Umar telah memerintahkan umatnya
mendirikan sholat secara berjamaah dan masjid-masjid dijadikan tempat untuk
mempelajari hukum Allah sebagaimana yang berlaku di zama Rasulullah SAW dan
para Khulafa’ Ar-Rasyidin. Baginda
turut mengarahkan Muhammad bin Abu Bakar Al-Hazni di Mekah agar mengumpul dan
menyusun hadith-hadith Rasulullah SAW. Beliau juga meriwayatkan hadith dari
sejumlah tabiin lain dan banyak pula ulama hadith yang meriwayatkan hadith
daripada beliau. Dalam bidang ilmu pula,
beliau telah mengarahkan cendikawan Islam supaya menterjemahkan buku-buku
kedoktoran dan berbagai bidang ilmu dari bahasa Greek, Latin dan Siryani ke
dalam bahasa Arab supaya mudah dipelajari oleh umat Islam. Dalam mengukuhkan lagi dakwah Islamiyah, beliau telah
menghantar 10 orang pakar hukum Islam ke Afrika Utara serta menghantar beberapa
orang pendakwah kepada raja-raja India, Turki dan Barbar di Afrika Utara untuk
mengajak mereka kepada Islam. Di samping itu juga beliau telah menghapuskan
bayaran Jizyah yang dikenakan ke atas orang yang bukan Islam dengan harapan
ramai yang akan memeluk Islam. Khalifah
Umar bin Abdul Aziz yang terkenal dengan keadilannya telah menjadikan keadilan
sebagai keutamaan pemerintahannya. Beliau ingin semua rakyat dilayani dengan
adil tidak memandang keturunan dan pangkat supaya keadilan dapat berjalan
dengan sempurna. Keadilan yang beliau perjuangan adalah menyamai keadilan di
zaman kakeknya, Khalifah Umar Al-Khatab. Pada
masa pemerintahan beliau, kerajaan Umayyah semakin kuat tidak ada pemberontakan
dari dalam, kurang berlaku penyelewengan, rakyat mendapat layanan yang
sewajarnya dan menjadi kaya-raya hinggakan Baitulmal penuh dengan harta zakat
karena tidak ada lagi orang yang berhak menerima zakat. Rakyat umumnya sudah
kaya ataupun sekurang-kurangnya mau berdikari sendiri. Pada zaman pemerintahan
Umar bin Abdul Aziz ra, pasukan kaum muslimin sudah mencapai pintu kota Paris
di sebelah barat dan negeri Cina di sebelah timur. Pada waktu itu kekausaan
pemerintahan di Portugal dan Spanyol berada di bawah kekuasaannya (Hardian
2015).
Beberapa ahli sejarang
mengatakan bahwa sistem pemerintahan yang dipakai oleh Khalifah Umar bin Abdul
Aziz termasyhur seperti halnya pemeritahan orthodox yang dilakukan Abu
Bakar dan Umar bin Khattab. Beda dengan khalifah-khalifah sebelumnmya yang
menggunakan monarchi heridetis
(Cahyono 2015).
5. Keteladanan khalifah Umar bin Abdul Aziz
Sudah sangat dikenal di kalangan muslim akan kepemimpinan
khalifah Umar bin Abdul Aziz yang amanah dan penuh ibrah. Sebab khalifah Umar
bin Abdul Aziz adalah seorang pejabat yang memiliki visi dan karakter
kewarganegaraan. Beliau adalah seorang pejabat yang memiliki pandangan hidup
yang mendasar, yakni pemikiran yang menyeluruh tentang kehidupan, manusia, dan
alam semesta, sehingga ia paham bahwa hidup bukanlah semata hari ini, saat ia
bergelimang kekuasaan, tapi juga nanti saat ia ditanya tentang seluruh perbuatannya
tatkala ia berkuasa. Lihatlah ucapan beliau kepada sang istri: “engkau tahu, aku telah diserahi urusan
seluruh umat ini, yang berkulit putih maupun hitam, lalu aku ingat akan orang
yang terasing, peminta-minta yang merendah, orang kehilangan, orang-orang fakir
yang sangat membutuhkan, tawanan yang tertekan jiwanya dan lain sebagainya di
berbagai tempat di bumi ini. Dan aku tahu persis, Allah SWT pasti akan
menanyaiku tentang mereka, dan Muhammad SAW akan membantahku dalam masalah
mereka (jika aku mangkir), karena itulah aku takut akan diriku sendiri”. Beliau tidak berkata: “ayo kamu minta aoa saja pasti kukabulkan, karena sekarang aku menjadi
orang nomor satu di negara ini!”. Kiranya beliau juga dikenal sebagai
pejabat yang memiliki ilmu siyasah syari’ah faham betul bagaimana
mengimplementasikan sabda nabi: “seorang
imam yang diberi amanat memimpin manusia adalah laksa penggembala dan dia akan
dimintai pertanggungjawaban akan rakyat yang dipimpimnnya”. Selain itu,
beliau memiliki pandangan hidup yang jelas bagaimana mewujudkan kebahagiaan
yang nyata, yakni melakukan sesuatu yang menyebabkan Allah SWT penguasa alam
semesta dan penguasa hari kiamat meridhoinya. Dari ungkapan beliau r.a. kepada
sang istri di atas jelas bahwa perhatian beliau adalah bagaimana menjalankan
tanggungjawab nya sebagai penguasa agar mendapatkan ridlo Allah dan terhindar
dari murka Allah SWT. Kemudian beliau juga memiliki pengetahuan dan pemahaman
peradaban yang mengangkat kehidupan rakyat yang dengan peradaban tersebut mereka
memiliki kondisi kehidupan yang lebih baik, memiliki taraf berfikir yang lebih
tinggi disertai nilai-nilai luhur dan kietentraman abadi. Dari ungkapan beliau
kepada sang istri di atas tampak jelas bahwa memiliki visi dan misi negarawan
yang mengangkat derajat kaum dhuafa dan para tawanan agar mendapatkan kebebasan
dan terpenuhi kecukupan kebutuhan hidup mereka sehingga perasaan mereka aman
dan hati mereka menjadi tentram. Dengan visi dan misi kenegarawan tersebut
khalifah Umar bin Abdul Aziz mengambil berbagai kebijakan yang pro rakyat
(Farouq 2015).
6. Penutup
Setelah
membaca kisah beliau alangkah lebih baik kalau kita tidak hanya mengagumi
beliau sebagai seorang khalifah, namun kita sebagai seorang muslim juga
hendaknya dapat mencontoh perilaku beliau. Kita dapat menjadikannya sebagai
contoh baik dalam perilaku keseharian beliau maupun cara beliau menjadi seorang
pemimpin. Bagaimana beliau dapat berubah 180 derajat setelah menjadi khalifah
keseharian beliau yang senantiasa sederhana karena sadar harta yang beliau
miliki hanyalah titipan allah swt, bagaimana beliau saat menjadi seorang pemimpin
yang adil dan sangat memperhatikan masalah agama. Kita bisa mencontoh beliau
dengan mulai merubah dan memperbaiki diri sendiri dahulu, kemuadian keluarga
dan seterusnya. Terakhir semoga tulisan ini bisa bermanfaat untuk semua
pembaca.
7. Daftar Pustaka
Faizi, H. G. (2012). Umar bin Abdul Aziz 29 Bulan Mengubah Dunia.
Cahayasiroh.com. Diakses 20 Oktober 2017, dari https://drive.google.com/file/d/0B2bcR1VVyenlRE1FNzg0SUc3alE/view
Cahyono, F. T. (9 Oktober
2015). Sejarah Khalifah Umar bin Abdul
Aziz, Lengkap!. Diakses 8 Oktober 2017, dari https://www.rangkumanmakalah.com/khalifah-umar-bin-abdul-aziz/
Hardian, M. N. (29 April
2015). Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Diakses
15 Oktober 2017, dari http://catatan-sijacky.blogspot.co.id/2015/04/khalifah-umar-bin-abdul-aziz.html
Farouq, A. (2015). Makalah Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Diakses 15 Oktober 2017, dari http://ari-farouq.blogspot.co.id/2015/01/makalah-khalifah-umar-bin-abdul-aziz.html
Anonim. (15 November 2011). Biografi Umar Bin Abdul Aziz (Bagian 1).
Diakses 19 Oktober 2017, dari http://kisahmuslim.com/1810-umar-bin-abdul-aziz.html
Anonim. (16 November 2011). Biografi Umar Bin Abdul Aziz (Bagian 2).
Diakses 19 Oktober 2017, dari http://kisahmuslim.com/1808-umar-bin-abdul-aziz-bagian-2.html
Anonim. (21 November 2011). Biografi Umar Bin Abdul Aziz (Bagian 3).
Diakses 19 Oktober 2017, dari http://kisahmuslim.com/1822-umar-bin-abdul-aziz-bagian-3.html
Fathurrohman, M. N. (17
September 2014). Umar bin Abdul Aziz –
Khalifah Bani Umayyah yang Bikasana dan Sederhana. Diakses 20 Oktober 2017,
dari https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.co.id/2014/09/umar-bin-abdul-aziz-khalifah-bani-Umayyah-yang-Bikasana-dan-Sederhana.html
Download this paper :